Berdiri sejak 7 September 2004, The WAHID Institute (WI) adalah lembaga yang berusaha mewujudkan prinsip dan cita-cita intelektual Abdurrahman Wahid dalam membangun pemikiran Islam moderat yang mendorong terciptanya demokrasi, multikulturalisme dan toleransi di kalangan kaum muslim di Indonesia dan seluruh dunia. Dalam berbagai programnya, WI menggelar kegiatan di lingkungan aktivis muslim progresif dan dialog-dialog di antara pemimpin agama-agama dan tokoh-tokoh politik di dunia Islam dan Barat.
VISI Terwujudnya cita-cita intelektual Gus Dur untuk membangun kehidupan bangsa Indonesia yang sejahtera dan umat manusia yang berkeadilan sosial dengan menjunjung tinggi pluralisme, multikulturalisme, demokrasi, HAM yang diinspirasi nilai-nilai Islam. The Wahid institute berusaha memperjuangkan terciptanya dunia yang damai dan adil dengan mengembangkan pandangan Islam yang toleran dan moderat dan bekerja untuk terbangunnya kesejahteraan bagi semua manusia
MISI
- Mengembangkan, merawat dan menyebarluaskan nilai-nilai Islam yang damai dan dan toleran
- Mengembangkan dialog-dilog antara budaya lokal dan internasional demi memperluas harmoni Islam dengan berbagai kebudayaan budaya dan agama di dunia
- Mendorong beragam inisiatif untuk memperkuat masyarakat sipil dan tata kelola pemerintah yang baik di Indonesia dalam penguatan demokrasi
- Mempromosikan partisipasi aktif dari beragam kelompok agama dalam membangun dialog kebudayaan dan dialog perdamaian
- Mengembangkan inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial
Pendiri
K.H. Abdurrahman Wahid. Akbar disapa Gus Dur, mantan Ketua Umum pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini figur penting dalam gerakan demokrasi dan pemikiran moderat di lingkungan muslim Indonesia. Bacaan dan perhatiannya amat luas, dari politik hingga humor. Seperti sebelumnya, ketika putera mantan Menteri Agama RI ini menjadi Presiden RI (1999-2001), banyak langkah penting yang diambil, terutama demi menjamin hak-hak kelompok minoritas.
Dr. Gregorius James Barton. Doktor lulusan Northwestern University Amerika ini mulai menekuni isu gerakan progresif muslim di Indonesia sejak akhir tahun 80-an. Salah satu yang menjadi tokoh penting dalam penelitiannya, KH. Abdurrahman Wahid. Sejak itu ia berkenal dengan Gus Dur dan menjadi sahabat dekat. Ia juga menulis buku Gus Dur : the authorized biography of Abdurrahman Wahid. Kini Greg Barton menjadi salah satu profesor peneliti di the Herb Feith Research untuk studi Indonesia di Fakultas Seni, Monash University. Ia juga menjadi Direktur Centre for Islam and the Modern World (CIMOW), Deputi kursi UNESCO untuuk Interreligious and Intercultural Relations Asia Pacific, dan aktif di the Global Terrorism Research Centre (GTReC).
Yenny Zannuba Wahid. Puteri kedua mendiang KH. Abdurrahman Wahid ini mantan jurnalis Sidney Morning Herald dan the Age, Australia. Ia meraih gelar master di Harvard Kennedy School of Government. Pada 2006 menjadi staf khusus komunikasi politik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di tahun 2009, didapuk sebagai Young Global Leader oleh World Economic Forum. Yenny banyak bergiat dala forum-forum dialog antaragama dan advokasi isu-isu toleransi di Indonesia.
Ahmad Suaedy. Salah seorang aktivis progresif Tanah Air ini banyak terlibat aktif dalam pembelaan kelompok minoritas. Saat WI berdiri, pendiri dan inisiator sejumlah NGO ini dipercaya menjadi Direktur Eksekutif. Dalam lima tahun terakhir, alumnus pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah itu banyak terlibat dalam penelitian di tingkat nasional dan regional, khususnya menyangkut isu demokrasi dan minoritas. Saat ini ia menjadi Direktur Eksekutif Abdurrahman Wahid Center Universitas Indonesia
Profil lengkap the Wahid Institute bisa diunduh di sini