21
Sep 2014

Hari Perdamaian Internasional 2014

 

Jakarta-wahidinstitute.org. Entah mimpi apa semalam, Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg Moriaty mesti ditertawai peserta perayaan yang membanjiri di depan panggung utama Hari Perdamaian Internasional 2014 di Jalan Imam Bonjol, Minggu pagi (21/9).

 

Sudah berjalan lima langkah dan sampai di kotak tujuan, mantan Asisten Sekretaris Cabang Parlemen dan Media 2008-2009 ini harus mundur lagi lima langkah ke belakang dan hampir ke garis start. Pemandangan itu kontan saja memicu gelak tawa peserta yang antuias menyaksikan.

 

Sebelumnya ia juga tak bisa jalan ke depan lantaran tertahan Direktur the Wahid Institute Yenny Zannuba Wahid yang berdiri di kotak persis di depannya. Para pemaian memang tak bisa menempati kotak pemain lain atau melangkahinya. “Itu pesan agar kita menghargai yang lain,” kata Yenny Wahid.

 

Pesohor Indra Bekti yang memandu permainan bersama Olga Lidia sempat pula meminta Greg meniup kotak dadu yang akan dilempar. “Supaya tak apes terus,” Kata Bekti lalu diikuti tawa peserta yang menonton.

 

Pagi itu Greg, Dubes Norwegia untuk Indonesia Stig Traavik dan Yenny Wahid bermain bersama papan permainan Negeri Kompak. Permainan ini mirip ular tangga. Bedanya, kotak-kotak papan Negeri Kompak ini berisi nilai dan pelajaran yang diterjemahkan dari sila-sila Pancasila. Dengan menggunakan dadu, peserta meginjak kotak-kotak tujuan. Saat sampai mereka harus membaca kuat-kuat kata-kata yang ada dalam kotak. Mereka yang lebih cepat sampai di garis finish dan paling banyak mendapat tangan sahabat akan keluar sebagai pemanang. Tangan kanan simbol nilai kebaikan dan kerjasama untuk melawan monster-monster atau sifat buruk.

 

Dalam even memperingat Hari Perdamaian Internasional yang jatuh setiap 21 September, the Wahid Institute sengaja mluncurkan papan permainan yang akan diproduksi 800 buah dan disebar ke sejumlah sekolah negeri di Jawa dan Luar Jawa. Ini dilakukan atas kerjasama the Wahid Institute bekerjasama dan Kedutaan Australia.

 

Papan permainan dibuat demi menanamkan nilai-nilai toleransi dan perdamaian. “Ini juga untuk menumbuhkan semangat Bhinneka Tunggal Ika,” Kata Andi Irawan panitia Hari Perdamaian Internasional 2014.

 

Dalam perhelatan ini, mejelang pukul 07.00 WIB ribuan orang melakukan jalan santai dari Patung Arjuna menuju panggung utama di Jalan Imam Bonjol dekat Bundaran HI. Kegiatan dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, seniman, budayawan, dan masyarakat umum. Dimeriahkan berbagai performance komunitas, flash mob, jalan santai, tandatangan perdamaian, hiburan dari sejumlah seniman: Indra Bekti, Olga Lidya, Sineas Indonesia, Stand Up Comedy, Soul ID, Adi Kla Porject, Besok Bubar, Drum Band Istana Yatim Nurul Mukhlisin Bekasi. Event yang juga digelar demi memperingati hari ulang tahun ke-10 the Wahid Institute ini juga mencetak rekor MURI Perdamaian Indonesia yang diikuti lebih dari 120 komunitas (AMDJ). []

 
04
Sep 2014

Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) mendesak pemerintahan presiden dan wakil presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan sebagai agenda prioritas.

 

Hal tersebut disampaikan oleh komisioner Komnas HAM Imdadun Rahmat bersama dengan Jayadi Damanik dalam jumpa pers di kantor Komnas HAM Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat, Kamis (4/9). Dalam keterangannya Imdadun menyampaikan selama 10 tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhono (SBY) dinilai belum dapat menyelesaikan permasalahan hak kebebasan beragama dan berkeyakinan yang terjadi di Indonesia. Sebagai contoh seperti penutupan sejumlah rumah ibadah baik masjid maupun gereja dan kelompok Syiah di Sampang yang belum kunjung usai. Hal tersebut merupakan permasalahan yang terjadi sepanjang pemerintahan SBY.

 

Melihat kondisi tersebut Komnas HAM mendorong dan mengapresiasi kepada presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk berkomitmen dalam memberikan perlindungan dan jaminan hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan sebagaimana telah dipaparkan dalam visi dan misinya.

 

Untuk mewujudkan harapan tersebut bisa dikonkretkan dalam program prioritas kerja nyata pemerintahan baru diantaranya memerikan kepastian hukum dengan memberikan perlindungan akses kebenaran, keadilan dan pemulihan terhadap korban pengungsi Ahmadiyah di Mataram, pengungsi Syiah di Sampang, jemaat HKBP Filadelfia Bekasi dan GKI Yasmin Bogor, jemaah Masjid di Batuplat dan jemaah Musholla di Denpasar, Bali.

 

Kedua mengevaluasi pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) Nomor 8 dan Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama.

 

Selanjutnya mencabut keputusan bersama Menteri Agama, Jaksa Agung, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008 tentang Peringatan dan Perintah kepada Penganut, anggota pengurus jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). Keempat mempertimbangkan pentingnya Undang Undang tentang Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan sebagai konsekuensi logis dari jaminan perlidungan hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan kepada seluruh rakyat Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi (MK).

 

Terakhir membentuk panitia khusus yang bertugas melakukan penyelesaian kasus-kasus dan pemajuan hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia sebagaimana disebutkan di atas untuk memastikan menjadi kebijakan prioritas terhadap presiden terpilih dalam program prioritas 100 harinya.

 

Sumber: satuharapan | Kamis, 04 September 2014

 
15
Agu 2014

Apresiasi untuk Perjuangan Gus Dur

 

SEMARANG - Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, akan mendapatkan penghargaan khusus dari komunitas Tionghoa Semarang, Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong (Rasa Dharma).


Pengurus Komunitas Rasa Dharma, Harjanto Halim, mengatakan, Gus Dur layak diberi penghargaan tersebut lantaran amal baktinya tanpa lelah membela dan memperjuangkan hak-hak kaum minoritas. 

Sinci atau yang disebut papan penghargaan akan diberikan kepada Gus Dur disertai dengan pemberian gelar “Bapak Tionghoa Indonesia” dan “Guru Bangsa Pendukung Minoritas”. Sinci diberikan dalam rangkaian sembahyang King Hoo Ping yang merupakan tradisi penghormatan dan bakti kepada orang-orang yang telah meninggal, Minggu (24/8/2014) mendatang. 

“Papan penghargaan atau sinci itu akan kami letakkan di altar utama gedung perkumpulan Boen Hian Tong. Penghormatan ini merupakan penghormatan dan bakti kepada arwah leluhur dan arwah umum di bulan ketujuh atau Jit Gwee,” ujar Harjanto Halim, Selasa (12/8/2014). 

Penghargaan untuk tokoh nasional yang wafat pada 30 Desember 2009 itu adalah wujud bakti dan penghormatan dalam tradisi Tionghoa kepada orang yang dianggap bijak, berjasa, atau mempunyai konsep besar. Menurut Harjanto, bagi warga Tionghoa, Gus Dur telah berjuang menumbuhkembangkan pluralisme di Indonesia.

Upacara King Hoo Ping akan dimulai dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu rohani dan mendengarkan makna upacara King Hoo Ping. 

“Upacara ini nanti biasanya dihadiri tokoh pemuka lintas agama. Bahkan, Ibu Shinta Nuriyah (Istri Gus Dur) beserta anggota keluarga Gus Dur yang lain akan hadir,” papar pimpinan Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis) ini.

 

Sumber: Kompas

 
09
Agu 2014

JAKARTA - The Wahid Institute, bekerjasama dengan Universitas Ciputra Entrepreneurship Center, akan menggelar pelatihan “Kewirausahaan untuk Toleransi” bagi 25 staf internal dan mitra jejaringnya pada pekan ketiga Agustus 2014 nanti.

 

Pelatihan yang akan dilaksanakan Selasa-Jumat, 19-22 Agustus 2014 di Marketing Gallery World Ciputra Jakarta, bertujuan meningkatkan pengetahuan, skill, dan pengalaman di bidang kewirausahaan, menciptakan pendamping masyarakat bidang kewirausahaan dan menginisiasi kegiatan-kegiatan kewirausahaan inovatif.

 

“Pelatihan ini tidak hanya berfokus pada kewirausahaan yang mandiri, inovatif dan prospektif, tapi juga menekankan nilai-nilai toleransi bagi pesertanya,” kata Alamsyah M Djafar, panitia kegiatan.

 

Alamsyah mengatakan pelatihan akan diikuti 25 orang terdiri dari staf dan jejaring The Wahid Institute yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan pendampingan masyarakat di Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

 

“Kami juga memilih peserta yang memiliki komitmen untuk mengikuti secara penuh sesi pelatihan sekaligus praktik lapangan nanti,” ujarnya.

 

Menurut Alamsyah, pelatihan itu nantinya akan dipandu tim dari Universitas Ciputra Entrepreneurship Center. Lembaga ini didirikan oleh Ciputra, dengan mengusung visi Entrepreneurship untuk pengembangan kualitas hidup lebih baik secara holistik dan integratif. (WI)

 
22
Jul 2014

JAKARTA - Direktur The Wahid Institute Yenni Wahid meminta para pemuda untuk terus berada di garis depan dalam memperjuangkan pluralisme dan toleransi dalam keberagaman. Perjuangan ini bisa dimulai dari diri sendiri, terutama dengan menanamkan nilai-nilai “berbagi dalam perbedaan”.

 

Hal ini disampaikan Yenni Wahid ketika mengisi “Dialog Toleransi Pemuda Lintas Agama” di aula The Wahid Institute, Sabtu (19/7) petang. Dialog itu menghadirkan 50 pemuda-pemudi dari berbagai agama serta aliran kepercayaan dan keyakinan di Indonesia.

 
<< Mulai < Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Selanjutnya > Akhir >>